Senin, 31 Oktober 2011

Si Kecil Kutu-an?

”Si Inge berkutu? Masa sih, kaya jaman dulu aja?” Demikian percakapan antara 2 orang ibu saat menunggu anaknya di salah satu sekolah Taman Kanak-Kanak yang terbilang elit di bilangan Jakarta Selatan.

Mengenal kutu

Kutu sebetulnya adalah parasit yang senang numpang hidup dan berkembang biak pada manusia. Ada 3 jenis kutu yakni kutu kepala, kutu badan dan kutu – yang senang hidup di – kemaluan.
Masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri. Dalam waktu satu menit, kutu bisa
bergerak sejauh 23 cm. Untuk hidupnya, kutu akan menghisap darah melalui gigitannya. Rasa gatal yang muncul, terjadi sebagai reaksi terhadap liurnya.

Kutu memiliki 2 mata dan 3 pasang kaki, warnanya abu-abu yang berubah menjadi kemerahan setelah menghisap darah. Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan baru menjadi kutu dewasa.

Kutu betina tubuhnya lebih besar dibanding yang jantan. Setiap kutu betina bisa bertelur sampai 10 butir per hari. Telur umumnya diletakkan saat malam hari, 1-2 mm di dekat pangkal rambut.

Apa sih pentingnya membahas masalah kutu?

Akhir-akhir ini masalah kutu kepala muncul kembali dan beberapa kali bahkan sampai dibawa berobat ke dokter. Angka kejadian sesungguhnya dipastikan lebih tinggi, karena kebanyakan pasien tidak dibawa berobat, karena dianggap masalah sepele, atau justru karena malu karena terkesan jorok. Kalaupun dibawa berobat, umumnya sudah berbekal diagnosis mandiri, karena menemukan kutu atau telurnya.

Kelainan ini sangat menular karena kutu bisa ’berpindah’ saat kontak kepala, atau saling pinjam sisir, topi,bantal, dsb. Apalagi di lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama atau panti asuhan. Ditambah bila kondisi kebersihan kurang baik, misalnya jarang mencuci rambut.

Meskipun tidak berbahaya, tetapi rasa gatalnya sangat tidak nyaman. Selain itu dapat mengundang infeksi kuman akibat luka bekas garukan yang ditandai dengan adanya kerak, nanah dan bisa disertai pembesaran kelenjar (sékélan) di belakang telinga.

Kelainan paling sering dijumpai pada usia anak-anak, meskipun bisa saja terjadi pada dewasa. Lebih sering pada anak perempuan (cenderung memiliki rambut panjang) karena mereka lebih sering kontak fisik, saling bertukar sisir, pita, topi, dsb.


Bagaimana pencegahannya?

Sebetulnya, upaya pencegahan hanyalah menjaga kebersihan kulit dan rambut.

Bagaimana penanganannya?

Tujuan penanganan kutu tentunya selain menghilangkan parasit ini, juga untuk mencegah komplikasi dan penyebarannya.

Bila dijumpai tanda-tanda infeksi ikutan oleh kuman, dokter pastinya akan memberikan obat tambahan berupa antibiotika. Bahkan kalau terpaksa, kadangkala, rambut harus dicukur.

Bila belum diikuti oleh infeksi, bisa diupayakan penggunaan obat yang tersedia di pasaran. Cara pemakaiannya ialah pada malam hari sebelum tidur, rambut dicuci dengan bersih. Kemudian oleskan obat, dan tutup kepala dengan kain. Keesokan harinya, rambut dicuci kembali sampai bersih, lalu disisir dengan sisir yang halus dan rapat (serit).

Pengobatan ini bisa diulang sekali lagi seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur, mengingat siklus hidup parasit ini.


Daftar pustaka

  • Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed. Ke-4 cetakan kedua. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2005.
  • Gunther L. Pediculosis. http://www.emedicine.com/med/topic1769.htm, Dec. 4th 2006.

Bersumber dari : www.anakku.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar