Kamis, 28 Juni 2012
8 Tanda Bayi Sedang Sakit
Jakarta, Bayi yang berusia di bawah 6 bulan tidak dapat menunjukkan bahwa dirinya sedang berada dalam kondisi tidak sehat. Oleh karena itu, Anda harus lebih peka terhadap kondisi tertentu pada bayi yang mungkin dapat menandakan gejala suatu penyakit.
Berikut 8 tanda bahwa bayi sedang sakit, seperti dilansir dari sheknows, Selasa (26/6/2012) antara lain:
1. Demam
Demam bukanlah merupakan penyakit tetapi respon bayi terhadap penyakit tertentu atau yang paling umum adalah infeksi. Segera hubungi dokter jika bayi Anda yang masih berusia kurang dari 3 bulan mengalami demam dengan suhu di atas 37 derajat Celcius, atau jika bayi Anda berusia antara 3-6 bulan dan memiliki suhu di atas 38 derajat Celcius.
Bahkan jika suhu tubuh bayi lebih rendah dari pedoman tersebut tetapi muncul tanda-tanda seperti ruam, lekas marah, kesulitan bernapas, leher kaku, muntah atau diare persisten, segeralah memeriksakan kondisi bayi ke dokter.
2. Dehidrasi
Dehidrasi bisa terjadi jika pola pemberian ASI buruk, demam, lingkungan yang panas, muntah atau diare persisten. Anda dapat mengenali dehidrasi pada bayi melalui mulut dan gusinya yang kering, jarang pipis, tidak mengeluarkan air mata ketika menangis atau ubun-ubunnya sedikit tenggelam. Jika Anda berpikir bayi Anda mengalami dehidrasi, segera hubungi dokter.
3. Diare
Kondisi ini umum pada bayi, tetapi segera periksakan kondisi bayi ke dokter jika ada darah dalam tinja bayi, buang air besar lebih dari enam kali sehari dan tinja yang berair.
4. Muntah
Muntah pada bayi atau yang dikenal dengan 'gumoh' mungkin tidak serius jika itu terjadi hanya sekali atau dua kali. Namun, jika hal itu sering terjadi berulangkali, mengandung darah, muntahan berwarna hijau atau jika bayi tampak dehidrasi, segera hubungi dokter.
5. Kesulitan bernapas
Jika bayi Anda mengalami kesulitan bernapas, Anda harus segera menghubungi dokter. Tanda-tanda kesulitan bernapas adalah bayi bernapas lebih cepat dari biasanya, bayi terlihat seperti mendengus ketika menghembuskan napas dan bibir atau kulit bayi berwarna semburat kebiruan.
6. Pusar dan penis berwarna merah, keluar cairan atau perdarahan
Jika pusar bayi atau penis berubah warna menjadi merah, kemudian terjadi pendarahan, segera hubungi dokter. Hal ini adalah tanda-tanda infeksi.
7. Ruam
Ruam sangat umum terjadi pada bayi, tetapi segera hubungi dokter jika ruam telah mencakup area yang luas, terutama wajah, atau disertai dengan demam, perdarahan, pembengkakan, atau jika ruam tampak terinfeksi.
8. Pilek
Infeksi saluran pernapasan dapat disebabkan oleh virus dan sangat umum pada bayi. Kondisi ini biasanya berlangsung satu sampai dua minggu yang ditandai dengan demam, hidung meler, dan batuk. Gejala yang lebih serius memerlukan perawatan di rumah sakit.
(ir/ir)
Bersumber dari : Linda Mayasari - detikHealth
Selasa, 26 Juni 2012
Day Spa untuk Bersantai Tubuh Anda
Sebagai
seorang wanita, ada banyak hal yang harus Anda lakukan agar lebih indah. Ada
banyak jenis pengobatan yang akan cocok untuk wanita. Karena perempuan adalah
orang yang sangat sensitif, mereka akan stress dengan kehidupan mereka. Ada
banyak hal yang akan membuat mereka menjadi sangat stres jika terjadi, akan
lebih baik bagi Anda untuk bersantai tubuh Anda dengan spa.
Day spa
menjadi pilihan terbaik yang dapat Anda lakukan untuk bersantai tubuh Anda
selama waktu luang Anda. Ada banyak jenis spa yang dapat Anda pilih untuk
membuat tubuh Anda sangat relaks. Anda dapat menemukan spa tubuh dan spa
rambut. Keduanya akan memberikan kenyamanan. Ada banyak perawatan kecantikan
yang akan memberikan Anda pilihan yang luas dari spa untuk tubuh Anda. Sebelum
Anda ingin mendapatkan perawatan tubuh terbaik, lebih baik bagi Anda untuk
menemukan informasi tentang perawatan kecantikan lebih dulu. Anda dapat dengan
mudah membandingkan beberapa perawatan kecantikan yang akan memberikan
pengalaman terbaik dalam relaksasi tubuh dan jiwa.
Sabtu, 09 Juni 2012
Alergi Makanan Sering Terjadi pada Anak Kota
Jakarta, Dibandingkan orang dewasa, anak-anak lebih rentan terkena alergi makanan. Bisa jadi hal ini disebabkan pengaruh lingkungan atau bahkan faktor keturunan. Namun ternyata menurut sebuah studi baru, anak-anak yang tinggal di perkotaan lebih sering terkena alergi makanan dibandingkan anak-anak yang tinggal di pedesaan atau daerah yang penduduknya lebih sedikit.
Peneliti menemukan bahwa pangsa anak-anak yang mengidap berbagai jenis alergi makanan adalah 9,8 persen di kota-kota, 7,2 persen di daerah pinggiran kota dan 6,2 persen di daerah pedesaan.
Sependapat dengan temuan itu, studi sebelumnya menyatakan bahwa penduduk kota memiliki kecenderungan lebih tinggi terkena berbagai jenis alergi seperti asma, eksim dan demam.
Temuan baru yang akan dipublikasikan di jurnal Clinical Pediatrics ini didasarkan pada survei terhadap orang tua setelah peneliti memperhitungkan faktor yang terkait dengan kemungkinan anak terkena alergi makanan, termasuk etnis, jenis kelamin, usia, pendapatan rumah tangga dan garis lintang tempat tinggalnya.
Studi ini merupakan yang pertama kalinya meneliti prevalensi alergi makanan pada anak-anak menurut wilayah geografis, kata peneliti.
"Dengan adanya temuan ini berarti mungkin ada beberapa faktor dalam kehidupan perkotaan yang mempengaruhi terjadinya alergi makanan pada anak-anak," kata peneliti Dr. Ruchi Gupta, asisten profesor pediatri di Northwestern University Feinberg School of Medicine seperti dilansir dari MSNBC, Jumat (8/6/2012).
Gupta dan rekan-rekannya mensurvei lebih dari 38.000 orang tua yang memiliki setidaknya satu anak yang usianya tidak lebih dari 18. Survei online tersebut menanyakan apakah anak-anaknya menderita alergi makanan dan jika demikian kapan hal itu terdiagnosis dan seberapa parah kondisinya.
Alergi makanan anak-anak itu pun kemudian dipetakan oleh kode ZIP.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa secara konsisten tingkat alerginya lebih tinggi terjadi pada anak-anak kota. Misalnya hampir 3 persen anak kota memiliki alergi terhadap kacang sedangkan anak-anak di daerah pedesaan hanya 1,3 persen.
Begitu juga dengan anak-anak kota yang memiliki alergi kerang besarnya 2,4 persen, lebih banyak dibandingkan anak-anak di daerah pedesaan yang presentase alerginya hanya 0,8 persen.
Selain itu, umumnya anak-anak yang tinggal di daerah yang berada di lintang selatan dan tengah lebih mungkin memiliki alergi makanan daripada anak-anak yang tinggal di lintang utara, meskipun hal ini tidak konsisten, ungkap peneliti.
"Namun kondisi alergi makanan di kedua daerah sama parahnya," tandas Gupta. Bahkan menurut para orang tua, hampir 40 persen anak-anak dalam penelitian ini telah mengalami reaksi alergi yang bisa mengancam nyawanya.
Sayangnya peneliti tidak yakin mengapa alergi lebih sering terjadi di perkotaan. Peneliti mengemukakan satu gagasan yang dikenal sebagai 'hipotesis kebersihan' yaitu karena di daerah pedesaan bakterinya sudah terpapar lebih awal sehingga hal itu mampu melindungi penduduknya dari alergi, ujar peneliti. Selain itu bisa jadi polusi di perkotaan ikut memicu munculnya alergi.
Para peneliti juga bertanya-tanya apakah perubahan pasokan makanan seperti peningkatan jumlah makanan olahan atau berkurangnya konsumsi makanan lokal telah memainkan peran dalam peningkatan alergi makanan dalam beberapa dekade terakhir namun peneliti mengaku belum menemukan jawabannya, lanjut Gupta.
(ir/ir)
Bersumber dari : Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Senin, 04 Juni 2012
Jakarta, Saat hamil ibu harus benar-benar menjaga pola makan yang sehat dan bersih. Salah-salah, makanan yang dikonsumsinya bisa memicu keguguran atau bayi lahir dalam keadaan meninggal.
Bijak memilih makanan dapat mengurangi risiko keracunan yang dapat menyebabkan keguguran. Strain bakteri yang paling terkait dengan keguguran adalah Listeria, Salmonella, Toksoplasma dan E. coli.
Tak ada metode untuk yang sepenuhnya aman untuk menghindari keracunan makanan, tetapi menghindari makanan berisiko tinggi mengandung bakteri akan dapat mengurangi risiko keguguran karena keracunan makanan.
Berikut beberapa makanan yang sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan keracunan makanan saat hamil, seperti dilansir about.com, Rabu (30/5/2012):
1. Listeria
Spesies Listeria adalah bakteri yang menyebabkan penyakit listeriosis. Pada orang yang tidak hamil, tanda-tanda paling umum adalah sakit perut, mual, muntah, diare dan demam. Pada wanita hamil, gejalanya tidak spesifik atau mirip dengan gejala flu biasa termasuk demam, menggigil dan nyeri tubuh.
Namun, wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi komplikasi dan terjadi paling sering pada trimester ketiga, sehingga lebih cenderung menjadi penyebab kelahiran bayi mati ketimbang keguguran.
- Listeria biasanya banyak terkandung dalam makanan berikut:
- Susu dan keju yang tidak dipasteurisasi
- Keju lunak seperti Brie, Gorgonzola, feta dan Roquefort
- Daging Deli
- Makanan laut asap yang tidak dimasak dengan baik
- Daging yang tidak diawetkan
2. Salmonella
Spesies bakteri Salmonella menyebabkan gangguan disebut Salmonella enterocolitis, juga disebut Salmonellosis. Gejalanya termasuk diare, sakit perut, mual, muntah, demam atau kedinginan. Penyebab primer adalah produk unggas yang kurang matang seperti ayam, turkey dan telur. Solusinya, masaklah produk-produk unggas hingga benar-benar matang.
3. Toksoplasma
Toxoplasma gondii adalah bakteri penyebab penyakit toksoplasmosis. Orang cenderung mengasosiasikan toksoplasmosis dengan kotak kotoran kucing, tetapi juga dapat menjadi infeksi yang dibawa dari makanan. Gejala toksoplasmosis adalah pembesaran kelenjar getah bening, nyeri otot, sakit kepala, demam ringan, dan sakit tenggorokan.
Makanan yang perlu dihindari adalah daging mentah yang kurang matang.
4. E. Coli
Bentuk-bentuk Escherischia coli tertentu dapat menimbulkan risiko untuk keguguran. E. coli sebenarnya juga merupakan penghuni normal di dalam saluran usus manusia, hanya spesies tertentu yang dapat menimbulkan masalah. Keracunan E. coli disebabkan karena gangguan E. coli enteritis. Gejalanya meliputi sakit perut, diare, demam, gas perut, kram dan jarang muntah.
- Makanan yang perlu dihindari antara lain:
- Makanan yang kurang matang dan tidak sehat
- Air yang terkontaminasi
- Sayuran dan buah yang tidak dicuci
(mer/ir)
Bersumber dari : Merry Wahyuningsih - detikHealth
Langganan:
Postingan (Atom)